KIMIA MEDISINAL

ANALGETIK

Pengertian
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Internasional Association for Study of Pain  (IASP), mendefenisikan nyeri  sebagai  suatu  sensori  subjektif  dan  pengalaman  emosional  yang  tidak  menyenangkan  yang  berkaitan  dengan  kerusakan  jaringan  yang  bersifat  akut  yang  dirasakan  dalam  kejadian-kejadian  dimana  terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005).
 Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan kimiawi, mekanis, kalor dan listrik, yang dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan mediator-mediator nyeri. Mediator-mediator penting yang terlibat pada proses terjadinya nyeri adalah histamin, serotonin (5-HT), plasmakinin (antara lain bradikinin) dan prostaglandin. Senyawa-senyawa ini kemudian akan merangsang reseptor nyeri (nosiseptor) yang terletak pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, dan jaringan-jaringan (organ-organ) lain (Tjay dan Rahardja, 2002).

Golongan :
1.      Analgetika Opioid
2.      NSAID (Non Steroidal Antiinflamatory Drugs)

Analgetika Opioid
          Opioid adalah kelompok obat yang sering dipergunakan pada penanganan pasien dengan nyeri yang berat. Berawal dari tumbuhan papaver somniferum atau opium yang diekstrak dan digunakan secara luas pada peradaban kuno Persia, Mesir dan Mesopotamia. Kata opium sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti jus. Telah dicatat bahwa penggunaan opium yang pertama kali adalah pada salah satu teks kuno bangsa Sumeria pada tahun 4000 SM.
Papaver somniferum

            Analgesik opioid digunakan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat, terutama yang pada bagian viseral. Analgetika Opioid mengurangi  nyeri  dan  menimbulkan  euforia  dengan  berikatan pada reseptor opioid di otak, yaitu reseptor μ (mu), κ (kappa), dan δ (delta).

            Berdasarkan kerjanya pada reseptor, obat golongan opioid dibagi menjadi 4 yaitu :
1.      Agonis kuat
2.      Agonis parsial
3.      Campuran agonis dan antagonis
4.      Antagonis
           
            Opioid golongan agonis kuat hanya mempunyai efek agonis, sedangkan agonis parsial dapat menimbulkan efek agonis, atau sebagai antagonis dengan menggeser agonis kuat dari ikatannya pada reseptor opioid dan mengurangi efeknya. Opioid yang merupakan campuran agonis dan antagonis adalah opioid yang memiliki efek agonis pada satu subtipe reseptor opioid dan sebagai suatu parsialagonis atau antagonis pada subtipe reseptor opioid lainnya.
 
            Berdasarkan rumus bangunnya, opioid dibagi menjadi 5 derivat yaitu :
1.      Fenantren
2.      Fenilheptamin
3.      Fenilpiperidin
4.      Morfinan
5.      Benzomorfan 

Struktur Dasar
Agonis Kuat
Agonis Parsial
Campuran Agonis-Antagonis
Antagonis
Fenantren
       
Morfin
Hidromorfon
Oksimorfon
Kodein
Oksikodon
Hidrokodon
Nalbufin
Buprenorfin
Nalorfin
Nalokson
Naltrekson
Fenilheptilamin

Metadon
Propoksifen


Fenilpiperidin

Miperidin
Fentanil
Difeknosilat


Morfinan


Levorfanol

Butornofol

Benzomorfan




Pentasozin



Hubungan Struktur Aktifitas Turunan Morfin :
Contoh  : Morfin, codein, etilmorfin, heterooksida, asetil morfin, dihidromorfin, normorfin.




1.      eterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik
2.    eterifikasi, esterifikasi, oksidasi atau penggantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik
3.      perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik.
4.      pengubahan konfigurasi hidroksil pada C6 dapat meningkatkan aktivitas analgesik
5.      hidrogenasi ikatan rangkap c7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi
6.      substansi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesik
7.      pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 menurunkan aktivitas
8.      pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas


ANALGETIK NONOPIOID (NSAID) 
1. Analgetik Antipiretik

a. turunan anilin dan p-aminofenol (asetanilid, fanasetin)
b. turunan 5-pirazolon (antipirin, metampiron, propifenazon)

2. NSAID

Obat NSAID dikelompokkan sebagai berikut :

1.      Derivat asam salisilat, misalnya aspirin
2.      Derivat paraaminofenol, misalnya parasetamol
3.      Derivat asam propionat, misalnya ibuprofen, ketoprofen, naproksen.
4.      Derivat asam fenamat, misalnya asam mefenamat
5.      Derivat asam fenilasetat, misalnya diklofenak.
6.      Derivat asam asetat indol, misalnya indometasin.
7.      Derivat pirazolon, misalnya fenilbutazon dan oksifenbutazon.
8.      Derivat oksikam, misalnya piroksikam dan meloksikam.

NSAID (Mechanism of Action)
NSAID akan menghambat jalur siklooksigenase (COX) dalam membetuk prostaglandin. Prostaglandin  yang  dibentuk  melalui  aktivasi  COX-2  berperan dalam  percepatan  transmisi  nyeri  di  syaraf  perifer  dan  di  otak. Perubahan asam arakidonat   menjadi   prostaglandin   dengan   bantuan   enzim cyclooxygenase (COX)  dapat  dihambat  dengan  pemberian  AINS  (anti-inflamasi non-steroid)  yang  juga  dikenal  sebagai  “COX-inhibitor”. AINS yang ideal hendaklah mampu menghambat    aktivitas    cyclooxyigenase    dalam pembentukan prostaglandin dan menghambat efek mediator-mediator inflamasi lainnya.

Pertanyaan :
1.      Apa efek samping jika kita mengkonsumsi obat NSAID dalam jangka panjang?
2.      Mengapa aspirin dapat digunakan sebagai obat antikoagulan?
3.      Bagaimana proses metabolisme analgetik opioid?
4.      Apa saja conoth analgetika yang selektif menghambat COX2?

Referensi :
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,  dan Praktik. Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta. 
Tjay dan Rahardja, 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.
BPOM RI

Komentar

  1. Hay dayang saya akan mencoba membantu menjawab permasalahan dayang yg nmr 4
    Cnth obat yg menghambat selektif cox2 adalah celecoxib, etoricoxib, parecoxib

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya ingin menmbahkan cth oabtnya yaitu Valdecoxib, Deracoxib

      Hapus
  2. assalamualaikum dayang,saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang no 1.
    efek samping yang terjadi adalah peptic ulcer karena obat tersebut bekerja nonselektif dan menyebabkan tidak terbentuknya prostaglandin. Selain itu NSAID juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati.

    BalasHapus
  3. haii day, berapa dosis codein yang digunakan sebagai antitusif ? trimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dosis awal: 10 mg oral setiap 6 jam seperlunya. Mungkin ditambahkan secara hati-hati sampai 20 mg setiap 4 jam. Maksimal 120 mg/hari.

      Hapus
  4. assalamualaikum dayang saya akan membantu menjawab pertanyaan no 2

    Aspirin secara irreversible menonaktifkan siklo-oksigenase dari trombosit (COX2) dengan cara asetilasi dari asam amino serin terminal. COX2 ini menghambat produksi endoperoksida dan tromboksan (TXA2) di dalam trombosit. Lebih penting lagi, sel-sel endotel menghasilkan siklo-oksigenase baru, sebaliknya trombosit tidak dapat melakukannya. Ini merupakan suatu proses yang irreversible, pengaruhnya terhadap trombosit tipa individu adalah tetap untuk 4-6 hari rentan waktu dari trombosit. Aspirin tidak spesifik untuk siklo-oksigenase trombosit tetapi lebih siap digunakan untuk menonaktifkan dibandingkan siklo-oksigenase endotel dimana bertanggung jawab untuk menghasilkan prostasiklin. Aspirin seharusnya dihentikan penggunaannya 7-10 hari sebelum tindakan operasi dilakukan untuk memudahkan terjadinya regenerasi dari fungsi trombosit secara normal. Aspirin dapat dimulai lagi pemberiannya 6 jam setelah operasi. Penggunaan aspirin dalam waktu lama dapat mengurangi tingkat sirkulasi dari faktor II, VII, IX, dan X.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aspirin sendiri merupakan obat off-label yang pada dosis rendahnya dapat menjadi analgetik dan pada dosis yang lebih tinggi dapat digunakan sebagai antikoagulan

      Hapus
  5. Saya akan membantu menjawab pertanyaan no 1
    Disini saya akan langsung memberikan contoh obatnya yaitu ibuprofen, penggunaan ibuprofen jangka panjang akan memiliki efek samping :
    1. Perdarahan Gastrointestinal

    Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah potensi bahaya ibuprofen terhadap sistem pencernaan. Efek samping tersebut diantaranya adalah peradangan, ulserasi, dan perforasi lambung atau usus.

    Efek ini dapat menyebabkan bahaya yang serius bahkan berakibat fatal, terutama pada orang yang berusia lanjut.

    Orang dengan riwayat ulkus lambung atau usus, perdarahan internal, atau masalah sistem pencernaan kronis, seperti Crohn’s disease, harus menggunakan ibuprofen dengan hati-hati.

    Risiko perdarahan gastrointestinal akan meningkat seiring dengan lama dan kuantitas ibuprofen digunakan.
    2. Efek Kardiovaskular

    Penggunaan ibuprofen yang sering atau setiap hari akan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke pada beberapa kelompok orang berisiko tinggi.

    Ibuprofen juga bisa menyebabkan atau memperburuk hipertensi, salah satu faktor risiko serangan jantung dan stroke.

    Untuk mengurangi risiko kardiovaskular, gunakan ibuprofen dengan dosis efektif yang terendah untuk jangka waktu yang terpendek, serta hindari penggunaan ibuprofen bersamaan dengan obat NSAIDs lain atau pengencer darah.

    3. Kerusakan Ginjal

    Penggunaan ibuprofen dalam jangka panjang juga berisiko merusak ginjal dan membuat ginjal menjadi tidak berfungsi dengan baik.

    Kondisi ini dikenal dengan renal papillary necrosis, dimana bagian ginjal yang berfungsi untuk mengkonsentrasikan urin tidak berfungsi lagi. Kondisi tersebut bisa disebabkan oleh penggunaan ibuprofen atau obat NSAIDs lainnya.

    Orang yang memiliki risiko terbesar terkena efek samping ginjal karena ibuprofen adalah mereka yang memiliki pre-penyakit ginjal sebelumnya dan orang yang berusia lanjut.

    4. Anemia

    Penggunaan ibuprofen dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan anemia. Hal ini disebabkan oleh hilangnya darah di saluran pencernaan, retensi cairan, atau penghancuran hemoglobin karena obat.

    Anemia akibat kekurangan zat besi pada beberapa orang terjadi akibat sering menggunakan ibuprofen atau obat NSAIDs lainnya.

    Karena anemia bisa menjadi salah satu tanda masalah kesehatan yang lebih serius, maka penggunaan ibuprofen jangka panjang harus diiringi dengan pemeriksaan kadar hemoglobin rutin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hay kak
      saya akan manambahkan jawaban no 1
      disini saya contohkan obat parasetamol ,penggunaan parasetamol dalam jangka panjang efek sampingnya adalah parasetamol mungkin menyebabkan efek samping yang serius seperti kerusakan hati. Mata atau kulit yang berubah warna menjadi kuning menjadi gejala bahwa hati telah rusak karena mengonsumsi parasetamol. Kerusakan hati terjadi akibat dosis besar dan penggunaan jangka panjang. Tak hanya kerusakan hati, efek samping serius lainnya adalah iritasi lambung. Kencing dan tinja berdarah juga merupakan efek samping parasetamol yang menandakan terjadinya iritasi pada lambung.

      Hapus
  6. 4. Contoh obat NSAID yang menghambat Cox-2 secara selektif:
    1. Meloxicam (Gol. Oxicam)
    2. Nimesulide
    3. Celecoxib
    4. Rofecoxib
    5. Parecoxib
    6. Lumiracoxib
    7. Valdecoxib
    8. Deracoxib
    9. Etoricoxib

    BalasHapus
  7. 1. efek samping NSAID jangka panjang seperti Hepatotoksik, terutama pada pasien usia lanjut, sakit hati, sirosis hati, gangguan fungsi hati dan mengkonsumsi alcohol. juga dapat merangsang sekresi asam lambung

    BalasHapus
  8. 2. aspirin dapat berfungsi sebagai antikoagulan atau Antitrombosit karena dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri. .
    Aspirin merupakan salah satu obat golongan NSAID, yang mekanisme kerjanya dengan menghambat pembentukan tromboksan A2 melalui penghambatan secara ireversibel enzim siklooksigenase. Sehingga terjadi pengurangan agregasi trombosit.

    BalasHapus
  9. 3.analgetik opioid dimetabolisme di hati

    BalasHapus
  10. Salah satu contoh obat NSAID adalah ibu profen, jadi efek samping jika digunakan dalam jangka panjang yaitu:

    1. Perdarahan Gastrointestinal
    Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah potensi bahaya ibuprofen terhadap sistem pencernaan. Efek samping tersebut diantaranya adalah peradangan, ulserasi, dan perforasi lambung atau usus.
    2. Efek Kardiovaskular

    Penggunaan ibuprofen yang sering atau setiap hari akan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke pada beberapa kelompok orang berisiko tinggi.
    3. Kerusakan Ginjal

    Penggunaan ibuprofen dalam jangka panjang juga berisiko merusak ginjal dan membuat ginjal menjadi tidak berfungsi dengan baik.
    4. Anemia

    Penggunaan ibuprofen dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan anemia. Hal ini disebabkan oleh hilangnya darah di saluran pencernaan, retensi cairan, atau penghancuran hemoglobin karena obat.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer