KIMIA MEDISINAL



ANTIHISTAMIN

 Histamine is an Autacoid , which are biological chemicals which act like local hormones, have a brief duration, and act near their site of synthesis.

• Histamines has various function in body such as:


– Mediator of inflamation and local immune responses
– regulating physiological function in the gut and
– acting as a neurotransmitter.


Histamine is a Nitrogenous base. It is composed of an imidazole ring and ethylamine side chain.

Histamin sudah lama dikenal karena merupakan mediator utama timbulnya peradangan dan gejala alergi. Mekanisme kerja obat antihistamin dalam menghilangkan gejala-gejala alergi berlangsung melalui kompetisi dengan menghambat histamin berikatan dengan reseptor H1atau H2 di organ sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akan memunculkan lebih banyak reseptor H1. Reseptor yang baru tersebut akan diisi oleh antihistamin Peristiwa molekular ini akan mencegah untuk sementara timbulnya reaksi alergi.
  
Reseptor H1 diketahui terdapat di otak, retina, medula adrenal, hati, sel endotel, pembuluh darah otak, limfosit, otot polos saluran nafas, saluran cerna, saluran genitourinarius dan jaringan vaskular. Reseptor H 2 terdapat di saluran cerna dan dalam jantung.  Sedangkan reseptor H3 terdapat di korteks serebri dan otot polos bronkus.



H1-receptor antagonists

Antihistamin generasi pertama ini mudah didapat, baik sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan obat dekongestan, misalnya untuk pengobatan influensa. Kelas ini mencakup klorfeniramine, difenhidramine, prometazin, hidroksisin dan lain-lain. efek yang tidak diinginkan obat ini adalah menimbulkan rasa mengantuk.

Therapeutic Uses:H1 blockers
1. dermatosis
2. allergic rhinitis
3. motion sickness & emesis
4. Parkinson’s disease

5. Insomnia
 
H2-receptor antagonists
Antagonis H2, seperti antagonis H1, juga agonis dan antagonis terbalik tidak benar. H2 reseptor histamin, ditemukan terutama di sel parietal dari mukosa lambung, digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, mengobati kondisi pencernaan termasuk tukak lambung dan penyakit gastroesophageal reflux.
  • Cimetidine
  • Famotidine
  • Lafutidine
  • Nizatidine
  • Ranitidine
  • Roxatidine
Experimental: H3– and H4-receptor antagonists
Obat ini baru dalam tahap eksperimental dan belum memiliki penggunaan klinis, meskipun sejumlah obat ini sedang dalam percobaan manusia. H3-antagonis memiliki stimulan dan efek nootropic, dan sedang diselidiki untuk pengobatan kondisi seperti ADHD, penyakit Alzheimer, dan skizofrenia, sedangkan H4-antagonis tampaknya memiliki peran imunomodulator dan sedang diteliti sebagai obat anti-inflamasi dan analgesik .

H3-receptor antagonists

  • Ciproxifan
  • Clobenpropit
  • Conessine
  • Thioperamide

H4-receptor antagonists

  • Thioperamide

Mast cell stabilizers

Mast cell stabilizers untuk menstabilkan sel mast untuk mencegah degranulasi dan pelepasan mediator. Obat ini tidak biasanya digolongkan sebagai antagonis histamin, tetapi memiliki indikasi serupa.
  • Cromoglicate (cromolyn)
  • Nedocromil
  • Beta 2 (β2) adrenergic agonists

DERIVAT ETILENDIAMIN  Obat-obat dari kelompok ini umumnya memiliki data sedative yang lebih ringan.
  • Antazolin : fenazolin, antistin (Ciba) Daya antihistaminiknya kurang kuat, tetapi tidak merangsang selaput lender. Maka layak digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung (selesma) sebagai preparat kombinasi dengan nafazolin (Antistin-Privine, Ciba). Dosis: oral 2-4 x sehari 50-100mg (sulfat).
  • Tripelenamin (Tripel, Corsa-Azaron, Organon) kini hanya digunakan sebagai krem 2% pada gatal-gatal akibat reaksi alergi (terbakar sinar matahari, sengatan serangga, dan lain-lain).
  • Mepirin (Piranisamin) Adalah derivate metoksi dari tripelenamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feniramin dan fenilpropanolamin (Triaminic, Wander) pada hay fever. Dosis: 2-3 x sehari 25mg.
  • Klemizol ( Allercur, Schering) Adalah derivate klor yang kini hanya digunakan dalam preparat kombinasi anti-selesma (Apracur, Schering) atau dalam salep/suppositoria anti wasir (Scheriproct, Ultraproct, Schering).
DERIVAT PROPILAMIN Obat-obat dari kelompok ini memiliki daya antihistamin kuat.
  • Feniramin : Avil (Hoechst) Zat ini berdaya antihistamink baik dengan efek meredakan batuk yang cukup baik, maka digunakan pula dalam obat-obat batuk. Dosis: oral 3 x sehari 12,5-25mg (maleat) pada mala hari atau 1 x 50mg tablet retard; i.v. 1-2 x sehari 50mg; krem 1,25%.
  • Klorfenamin (Klorfeniramin. Dl-, Methyrit, SKF) Adalah derivate klor dengan daya 10 kali lebih kuat, sedangkan derajat toksisitasnya praktis tidak berubah. Efek-efek sampingnya antara lain sifat sedatifnya ringan. Juga digunakan dalam obat batuk. Bentuk-dextronya adalah isomer aktif, maka dua kali lebih kuat daripada bentuk dl (rasemis)nya: dexklorfeniramin (Polaramin, Schering). Dosis: 3-4 x sehari 3-4mg (dl, maleat) atau 3-4 x sehari 2mg (bentuk-d).
  • Bromfeniramin (komb.Ilvico, Merck) Adalah derivate brom yang sama kuatnya dengan klorfenamin, padamana isomer-dextro juga aktif dan isomer-levo tidak. Juga digunakan sebagai obat batuk. Dosis: 3-4 x sehari 3mg (maleat).
  • Tripolidin : Pro-Actidil Derivat dengan rantai sisi pirolidin ini berdaya agak kuat, mulai kerjanya pesat dan bertahan lama, sampai 24 jam (sebagai tablet retard). Dosis: oral 1 x sehari 10mg (klorida) pada malam hari berhubung efek sedatifnya.
DERIVAT PIPERAZIN Obat-obat kelompok ini tidak memiliki inti etilamin, melainkan piperazin. Pada umumnya bersifat long-acting, lebih dari 10 jam.
  • Siklizin : Marzine Mulai kerjanya pesat dan bertahan 4-6 jam lamanya. Terutama digunakan sebagai anti-emetik dan pencegah mabuk jalan. Namun demikian obat-obat ini sebaiknya jangan diberikan pada wanita hamil pada trimester pertama.
  • Meklozin (Meklizin, Postafene/Suprimal®) adalah derivat metilfenii dengan efek lebih panjang, tetapi mulai kerjanya baru sesudah 1-2 jam. Khusus digunakan sebagai anti-emetik dan pencegah mabuk jalan. Dosis: oral 3 x sehari 12,5-25mg.
  • Buklizin (longifene, Syntex) Adalah derivate siklik dari klorsiklizin dengan long-acting dan mungkin efek antiserotonin. Disamping anti-emetik,juga digunakan sebagai obat anti pruritus dan untuk menstimulasi nafsu makan. Dosis: oral 1-2 x sehari 25-50mg.
  • Homoklorsiklizin (homoclomin, eisai) Berdaya antiserotonin dan dianjurkan pada pruritus yang bersifat alergi. Dosis: oral 1-3 x sehari 10mg.
  • Sinarizin : Sturegon (J&J), Cinnipirine(KF) Derivat cinnamyl dari siklizin ini disamping kerja antihistaminnya juga berdaya vasodilatasi perifer. Sifat ini berkaitan dengan efek relaksasinya terhadap arteriol-arteriol perifer dan di otak (betis,kaki-tangan) yang disebabkan oleh penghambatan masuknya ion-Ca kedalam sel otot polos. Mulai kerjanya agak cepat dan bertahan 6-8 jam, efek sedatifnya ringan. Banyak digunakan sebagai obat pusing-pusing dan kuping berdengung (vertigo, tinnitus). Dosis: oral 2-3 x sehari 25-50mg.
  • Flunarizin (Sibelium, Jansen) Adalah derivat difluor dengan daya antihistamin lemah. Sebagai antagonis-kalsium daya vasorelaksasinya kuat. Digunakan pula pada vertigo dan sebagai pencegah migran.
DERIVAT FENOTIAZIN Senyawa- senyawa trisiklik yang memiliki daya antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat dan seringkali berdaya sentral kuat dengan efek neuroleptik.
  • Prometazin: (Phenergan (R.P.)) Antihistamin tertua ini (1949) digunakan pada reaksi-reaksi alergi akibat serangga dan tumbuh-tumbuhan, sebagai anti-emetik untuk mencegah mual dan mabuk jalan. Selain itu juga pada pusing-pusing (vertigo) dan sebagai sedativum pada batuk-batuk dan sukar tidur, terutama pada anak-anak. Efek samping yang umum adalah kadang-kadang dapat terjadi hipotensi,hipotermia(suhu badan rendah), dan efek-efek darah (leucopenia, agranulocytosis) Dosis: oral 3 x sehari 25-50mg sebaiknya dimulai pada malam hari; i.m. 50mg.
  • Tiazinamium (Multergan, R.P.) Adalah derivat N-metil dengan efek antikolinergik kuat, dahulu sering digunakan pada terapi pemeliharaan terhadap asma.
  • Oksomemazin (Doxergan, R.P.) Adalah derivat di-oksi (pada atom-S) dengan kerja dan penggunaan sama dengan prometazin, antara lain dalam obat batuk. Dosis: oral 2-3 x sehari 10mg.
  • Alimemazin (Nedeltran®) Adalah analog etil denagn efek antiserotonin dan daya neuroleptik cukup baik. Digunakan sebagai obat untuk menidurkan anak-anak, adakalanya juga pada psikosis ringan. Dosis: oral 3-4 x sehari 10mg.
  • Fonazin (Dimetiotiazin) Adalah derivat sulfonamida dengan efek antiserotonin kuat yang dianjurkan pada terapi interval migraine. Dosis: oral 3-4 x sehari 10mg. b.Isotipendil: Andantol (Homburg) Derivat aso-fenotiazin ini kerjanya pendek dari prometazin dengan efek sedatif lebih ringan. Dosis: ora; 3-4 x sehari 4-8mg, i.m. atau i.v. 10mg.
  • Mequitazin (Mircol, ACP) Adalah derivat prometazin dengan rantai sisi heterosiklik yang mulai kerjanya cepat, efek-efek neurologinya lebih ringan. Digunakan pada hay fever, urticaria dan reaksi-reaksi alergi lainnya. Dosis: oral 2 x sehari 5mg.
  • Meltidazin (Ticaryl, M.J.) Adalah derivat heterosiklik pula (pirolidin) dengan efek antiserotonin kuat. Terutama dianjurkan pada urticaria. Dosis: oral 2 x sehari 8mg.
FENOTIAZIN

            Merupakan obat antipsikotik. Anti-psikosis disebut juga neuroleptic, dahulu dinamakan major transquilizer. 

Mekanisme Antipsikotik :

Obat antipsikotik menimbulkan efek farmakologis dengan mempengaruhi mekanisme dopaminergik, yaitu dengan bekerja sebagai antagonis pada reseptor dopamin, memblok dopamin seingga tidak dapat berinteraksi dengan reseptor. Pemblokan tersebut terjadi pada  pra dan postsinaptik reseptor dopamin sehingga kadar dopamin dalam tubuh meningkat dan menyebabkan terjadinya terjadinya efek antipsikotik. 

Obat antipsikotik dalam membentuk kompleks dengan reseptor dopamin kemungkinan melibatkan dua bentuk konfirmasi, yaitu:





1.       Bentuk konfirmasi keadaan padat dari obat antipsikotik, yang hampir sama dengan  bentuk dopamin yang memanjang.


2.       Bentuk konformasi S dari 4 atom berturutan yang menghubungkan cincin aromatik dengan atom N tersier basa dari obat antipsikotik, yang juga hampir sama dengan  bentuk dopamin yang memanjang.




Turunan Fenotiazin
Turunan fenitiazin mempunyai struktur kimia karakteristik yaitu sistem tri siklik tidak  planar yang bersifat lipofil dan rantai sampinng alkilamino yang terikat ada atom N tersier  pusat cincin yang bersifat hidrofil.

Derivat fenotiazin dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar.

Kelompok 1: klorpromazin, levopromazin (metotrimeprazin), dan promazin, secara umum ditandai dengan efek sedatif yang kuat, dan efek samping antimuskarinik sedang serta efek samping ekstrapiramidal.

Kelompok 2: perisiazin dan pipotiazin, secara umum ditandai dengan sifat sedatif yang sedang, tetapi efek samping efek esktrapiramidal yang lebih kecil dibanding kelompok 1 dan 3.

Kelompok 3: flufenazin, perfenazin, proklorperazin, dan trifluoperazin, ditandai secara umum oleh efek sedatif yang lebih sedikit, efek antimuskarinik yang kecil, tetapi efek ekstrapiramidal yang lebih besar dibanding kelompok 1 dan 2.




Golongan
Obat
Sediaan
Dosis Anjuran
Fenotiazin
Chlorpromazin

Tablet 25 dan 100 mg, Injeksi 25 mg/ml
150-600 mg/hari

Thioridazin

Tablet 50 dan 100 mg
150-600 mg/hari

Trifluoperazin

Tablet 50 dan 100 mg
10-15 mg/hari
Perfenazin

Tablet 2, 4, 8 mg
12-24 mg/hari
Flufenazin

Tablet 2,5 mg, 5 mg
10-15 mg/hari


Hubungan Struktur dan Aktivitas

Obat antipsikotik secara umum mempunyai dua gambaran struktur yang dipandang penting untuk timbulnya aktivitas, yaitu :

a. Rantai lurus yang terdiri dari tiga atom C, yang mengikat dasar cincin nitrogen dan atom  N,C atau O, merupakan bagian dari salah satu gugus-gugus berikut, yaitu benzoil, 2-fenotiazin atau sistem trisiklis-tioksanten, rantai samping fenoksipropil, 2 fenil-penten-2 atau cincin sikloheksen.  

b. Cincin heterisiklik dengan jumlah atom=6, seperti piperazin atau piperidin, yang tersubstitusi pada posisi 1 dan 4. Substituen terbaik pada posisi 4 cincin heterosiklik adalah gugus-gugus fenil, aniline, metal atau hidroksietil.



CPZ (Chlorpromazin)




Indikasi : Digunakan untuk pengobatan skozofren, psikotik akut dan mengontrol manifestasi kegilaan yang akut.

Kontraindikasi : gangguan hati, penyakit koroner, insufiensi serebral, hipotensi berat.

Interaksi : alkohol, antihipertnesi, narkotik, sedatif-hipnotik, antasid, litium dan simetidin.

Dosis oral : 25 mg 4 dd, pada kasus psikotik berat : 200-600 mg/hari, dalam dosis terbagi, dan sesudah b2 minggu dosis dikurangi secara bertahap.

Farmakokinetik :
-          Absorbsi : Absorbsi oral dari CPZ bervariasi, bentuk cair mempunyai laju absorbsi yang lebih cepat karena klorpromazin sangat kuat berikatan dengan protein dan mempunyai waktu paruh yang panjang, maka obat dapat mengalami akumulasi. Obat ini di metabolisme di hati dan dieksresikan sebagai metabolit dalam urin. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna,ketersediaan hayatinya 32±19 %. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2-4 jam setelah pemberian secara oral ± 93-98 % obat terikat oleh protein plasma, waktu paruhnya 30± 7 jam. Pada pemberian secara intramuscular, awal kerja obat cepat ±20-30 menit. Kadar obat dalam plasma 4-10 kali lebih besar disbanding pemberian secara oral dan kadar plasma tertinggi dicapai dalam ±2-3  jam.
-          Distribusi : 95 %
-          Metabolisme : Hati
-          Eksresi : urin sebagai metabolit.

Farmakodinamik :
CPZ terutama diresepkan bagi gangguan psikotik dan proklorperazin untuk mual dan muntah. Proklorperazin mempunyai efek antikolinergik dan tidak boleh diberika kepada klien dengan glaukoma, khususnya glaukoma sudut sempit. Karena hipotensi merupakan efek samping dari fenotiazin, maka setiap obat antihipertnesi yang diberikan pada waktu yang bersamaan dapat menimbulkan efek hipotensi aditif. Narkotik dan sedatif-hipnotik yang diberikan bersamaan dengan fenotiazin dapat menyebabkan depresi SSP aditif. Antasid mengurangi laju absorbsi dari kedua obat ini.
Mula kerja pemberian oral, intramuskular, intravena dari CPZ dan proklorperazin adalah sama, preparat dapat sustained-release memperpanjang lama kerja dari kedua obat ini. Obat-obat ini hanya boleh diberikan per rektal jika pemberian per oral tidak dapat ditoleransi. Sering kali absorbsi pada pemberian per rektal tidak menenetu. Untuk pemberian inra muskular, obat-obat ini harus diberikan diberikan dengan dalam pada otot dorsogluteal.
pertanyaan :
1. bagaimana mekanisme kerja dari obat antihistamin?
2. mengapa AH1 dapat menyebabkan efek samping mengantuk?
3. apakah perbedaan Antihistamin golongan AH1 dan AH2?
2. gugus mana dari CPZ yang memiliki peranan penting sebagai antipsikotik?
3. apakah CPZ dapat digunakan dalam jangka waktu panjang?
3. Apakah penggunaan obat ini dapat dihentikan secara tiba-tiba?
Referensi :
Kee J.L and Evelyn R.H. 1993 . farmakologi pendekatan ilmu keperawatan. Jakarta : EGC.
Siswandono dan Soekarjo, B., 1995,  Kimia Medisinal, Surabaya: Airlangga University Pers.
 

Komentar

  1. adakah interaksi obat golongan fenotiazin dengan obat lain/ dengan makanan? jelaskan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Fenotiazin tidak dapat diberikan bersamaan dengan litium karena dapat memicu terjadinya neurotoksisitas dan aritmia ventrikular. Untuk dengan makanan saya belum mengetahui jawabannya, jika ada yang mengetahui boleh bantu komen disini ya

      Hapus
  2. apa yang terjadi apabila ada perubahan struktur pada cincin heterosiklik pada cpz? apakah akan menimbulkan meningkatkan efek antipsikotik dengan efek samping minimal atau justru menurunkan?

    BalasHapus
  3. infonya lengkap sekali kak. tapi disini saya masih bingung mengenai pemilihan obat antipsikotik itu sendiri , yg ingin saya tanyakan adalah dalam keadaan pasien yg bagaimana kah yang di anjurkan menggunakan fenotiazin sebagai antipsikotik? terima kasih kak

    BalasHapus
  4. selamat malam dayang, saya ingin bertanya apakah ada obat dengan kandungan yang sama tetapi bisa utk meminimalisir efek samping dari obat ini? terimkasih

    BalasHapus
  5. apa perbedaan dari fenotiazin piperazi dan fenotiazin piperidin akankaah memberikan efek yang sama atau yang berlawanan

    BalasHapus
    Balasan
    1. piperazin merupakan obat yang dgunakan untuk mengobati cacing kremi dan cacing gelang, sedangkan piperidin merupakan obat antihistamin tipe H-1, trimakasih

      Hapus
  6. apakah pemakaian obat cpz mengakibatkan ketergantungan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, CPZ merupakan obat golongan antipsikotik yang dapat menimbulkan ketergantungan

      Hapus
  7. mengapa Chlorpromazin dikontraindikasikan dengan pasien gangguan hati ?

    BalasHapus
  8. apakah fenotiazin aman bagi orang yang sedang berkendara ?

    BalasHapus
  9. hai day..
    apakah CPZ aman digunakan untuk mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wanita hamil sebaiknya menghindari penggunaan chlorpromazine, kecuali atas anjuran dokter. Obat ini dapat memperpanjang proses bersalin dan berpotensi memicu gejala putus obat pada bayi yang baru lahir. Ibu menyusui dilarang menggunakan chlorpromazine. Trimakasih

      Hapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. assalamualaikum wr wb
    disini mau menanyakan apakah obat ini dapat dihentikan secara langsung tanpa di konsultasikan lagi kedokter, apabila tidak bisa hal apa yang akan terjadi pada pasien tersebut ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika pasien ingin berhenti menggunakan chlorpromazine, sebaiknya tidak dillakukan secara tiba-tiba tanpa petunjuk dokter karena gejala-gejala gangguan psikosis dapat kambuh. Proses ini harus dilakukan secara bertahap. Trimakasih

      Hapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.
      Sebagai pedoman pemilihan antipsikosis dapat disebutkan hal-hal sebagai berikut:
      1~ Bila resiko tidak diketahui atau tidak ada komplikasi yang diketahui sebelumnya maka pilihan jatuh pada fenotiazin berpotensi tinggi ;
      2~ Bila kepatuhan penderita (compliance) dalam menggunakan obat tidak terjamin, maka pilihan jatuh pada flufenazin oral dan kemudian tiap dua minggu diberikan suntikan flufenazin enantan dan ekanoat;
      3~ Bila penderita mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular atau stroke sehingga hipotensi merupakan hal yang membahayakan maka pilihan jatuh pada fenotiazin piperazin atau haloperidol;
      4~ Bila karena alasan usia atau factor penyakit, terdapat resiko efek samping gejala ekstrapiramidal yang nyata, maka pilihan jatuh pada tioridazin;
      5~ Tioridazin tidak boleh digunakan apabila terdapat gangguan ejakulasi;
      6~ Bila efek sedasi berat perlu dihindari, maka pilihan jatuh pada haloperidol atau fenotiazin piperazin;
      7~ Bila penderita mempunyai kelainan hepar atau cenderung menderita ikterus, haloperidol merupakan obat yang paling aman pada stadium awal pengobatan.

      Hapus
  13. untuk penghentian obat sebaiknya tidak dilakukan secara tiba-tiba, karena obat cpz sendiri berhubungan dengan sistem syaraf pusat, jika terjadi putus obat, ditakutkan terjadi efek samping yang tidak diinginkan day

    BalasHapus
  14. menurut artikel yang saya baca, cpz tidak dapat dikonsumsi dalam jangka waktu panjang

    BalasHapus
  15. efek mengantuk dari antihistamin 1, seperti diphenhydramine , bisa menimbulkan kantuk karena struktur molekulnya yang non-polar dan bersifat relative lipofilik, sehingga dapat mempenetrasi sawar darah otak dan menimbulkan efek sedatif seperti mengantuk.

    BalasHapus
  16. Apakah penggunaan obat ini dapat dihentikan secara tiba-tiba?

    utk pertanyaan sprti itu saya kira bole krn obat ini di gunakan ketika sdg trjadi alergi saja mohon di koreksi jika salah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  17. apakah CPZ dapat digunakan dalam jangka waktu panjang?

    utk prtnyaan itu mnrt saya sebaiknya didiskusikan dahulu kpd dokter
    mnrt saya bole bole saja jika mnggunakan aturan dan dosis yg bnr dr dokter

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut artikel yang saya baca, CPZ seharusnya dihentikan perlahan dengan penurunan dosis secara berangsur-angsur,tidak boleh secara tiba2

      Hapus
  18. Day, mau tanya pertanyaan terakhir. "Apakah penggunaan obat ini dapat dihentikan secara tiba-tiba?" Obat ini maksudnya apa ya? Obat cpz? Kalau obat cpz menurut buku yang saya baca, tidak dapat dihentikan secara tiba-tiba. Karena dapat menyebabkan gejala putus obat pada pasien. Jika pasien ingin menghentikan pengobatan dengan cpz, sebaiknya konsultasikan ke dokter. Dokter akan menurunkan dosis perlahan-lahan hingga pasien tidak lagi mengonsumsi obat tersebut.

    BalasHapus
  19. perbedaan h1 dan h2
    H1-blockers (antihistaminika klasik)
    Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih dan rahim
    H2-blockers (Penghambat asma)
    Obat-obat ini menghambat secara efektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor-H2 di lambung.

    BalasHapus
  20. Hai, dayang.
    Hal yang membedakan antagonis AH1 dengan AH2 adalah pada Obat anti histamin H1 biasanya berkompetisi (bersifat kompetitif) dengan histamin untuk mengikat reseptor, untuk meringankan reaksi alergi sedangkan obat antihistamin H2 mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mengurangi efek atau kinerja reseptor H2.

    BalasHapus
  21. Saya akan menjawab pertanyaan no 3. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.

    Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.

    BalasHapus
  22. Mekanisme kerja obat antihistamin dalam menghilangkan gejala-gejala alergi berlangsung melalui kompetisi dengan menghambat histamin berikatan dengan reseptor H1 atau H2 di organ sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akan memunculkan lebih banyak reseptor H1 . Reseptor yang baru tersebut akan diisi oleh antihistamin. Peristiwa molekular ini akan mencegah untuk sementara timbulnya reaksi alergi. Reseptor H1 diketahui terdapat di otak, retina, medula adrenal, hati, sel endotel, pembuluh darah otak, limfosit, otot polos saluran nafas, saluran cerna, saluran genitourinarius dan jaringan vaskular. Reseptor H2 terdapat di saluran cerna dan dalam jantung. Sedangkan reseptor H3 terdapat di korteks serebri dan otot polos bronkus. Di kulit juga terdapat reseptor H3 yang merupakan autoreseptor, mengatur pelepasan dan sintesis histamin. Namun, peranan dalam menimbulkan gatal dan inflamasi masih belum jelas (Gunawan, 2014).

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, saya setuju sekali dengan jawaban kak Bunga. dimana antihistamin I digunakan untuk mengatasi alergi, dan antihistamin II yang bekerja dengan menghambat sekresi asam lambung sering digunakan untuk mengatasi penyakit pada lambung seperti tukak lambung, dan dapat juga sebagai obat maagh

      Hapus
  23. Pertanyaan no.3
    Obat yang disebut sebagai antihistamin (senyawa etilamin) adalah obat yang mengantagonis histamin pada reseptor H1, sehingga disebut juga antagonis reseptor H1. Secara farmakologis, antihistamin dikatakan bekerja secara antagonis kompetitif yang reversibel pada reseptor H1 sehingga dapat menghambat kerja histamin pada reseptor tersebut, tetapi tidak memblok pelepasan histamin.
    Antagonis H1 tidak menghambat asam lambung, pada awal tahun 70-an, antagonis H2 terbukti dapat mengontrol sekresi asam lambung secara fisiologis. Dua antagonis H2 pertama yang ditemukan adalah burinamid dan simetidin. Simetidin diketahui mempunyai cincin imidazol, dan dengan perkembangannya, cincin ini diganti dengan senyawa furan (ranitidin) atau dengan tiazol (famotidin, nizatidin). Obat-obat antagonis H2 bersifat lebih hidrofilik dibandingkan dengan antagonis H1 dan dapat mencapat SSP. Obat-obat ini, diduga bekerja dengan cara menghambat interaksi histamin dengan reseptor H2 secara kompetitif dan selektif sehingga tidak memberikan efek pada reseptor H1. Kerja utama obat ini adalah mengurangi sekresi asam lambung yang disebabkan oleh histamin, gastrin, obat-obat kolinomimetik (AINS), rangsangan vagal makanan (terutama asam), insulin, dan kopi. Juga perlu diketahui, obat-obat ini tidak hanya menghambat asam nokturnal tetapi juga basal. Selain itu, obat-obat ini juga mereduksi dengan baik volume cairan lambung dan konsentrasi ion histamin +. Simetidin, ranitidin, dan famotidin memiliki pengaruh yang kecil terhadap fungsi otot polos lambung dan tekanan sfingter esofagus. Nizatidin dapat menekan kontraksi asam lambung sehingga memperpendek waktu pengosongan lambung dan hal ini diduga karena efeknya menghambat asetilkolinesterase.\

    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  24. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  25. mekanisme obat antihistamin
    Histamin dapat menimbulkan efek bika berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3. Interaksi histamin dengan reseptor H1 menyebabkan interaksi oto polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskular dan meningkatkan sekresi usus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di blok oleh antagonis-1. Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung di sebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2. Reseptor H3 adalah resptor histamin yabg baru di ketemukan pada tahun 1987 oleh arrange dan kawan-kawan, terletak pada ujung syaraf aringan otak dan jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini di blok antagonis H3.

    BalasHapus
  26. AH1 dapat menimbulkan efek mengantuk karena struktur molekulnya yang non-polar dan bersifat relative lipofilik, sehingga dapat mempenetrasi sawar darah otak dan menimbulkan efek sedatif seperti mengantuk sedangkan AH 2 tidak dapat melewati sawar darah otak sehingga efek sedasinya lebih rendah

    BalasHapus
  27. 3. sebaiknya jangan digunakan dalam jangka yang panjang dan frekuensi yang besar, karena akan menimbulkan ES seperti gejala seperti sakit perut, mual, muntah, pusing, gemetar, ketergantungan

    BalasHapus
  28. 4. penggunaan CPZ tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba, tetapi bertahap dengan penurunan dosis

    BalasHapus
  29. Saya ingin menjawab pertanyaan nomor 1 dan 3.
    Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek antihistamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.

    Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

    1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.

    2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.

    BalasHapus
  30. saya mau membantu menjawab soal no. 3
     Antagonis-H1 terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
     Antagonis-H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung.

    saya juga mau membantu menjawab soal no. 1
    1. AH2 : Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamin, gastrin dan asetilkolin. Antagonis H2 menghambat secara langsung kerja histamine pada sekresi asam (efikasi intrinsik) dan menghambat kerja potensiasi histamin pada sekresi asam, yang dirungsang oleh gastrin atau asetilkolin (efikasi potensiasi). Jadi histamin mempunyai efikasi intrinsik dan efikasi potensiasi, sedang gastrin dan asetilkolin hanya mempunyai efikasi potensiasi. Hal ini berarti bahwa hanya yang dapat meningkatkan sekresi asam, sedang gastrin atau asetilkolin hanya meningkatkan sekresi asam karena factor efek potensiasinya dengan histamin
    2. AH1 : Antagonis-H1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin-H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1

    BalasHapus
  31. cpz tidak dapat dikonsumsi jangka panjang karena akan menimbulkan efek samping yang berbahaya, sebaiknya tanyakan terlebih dahulu pada dokter, tetapi apabila pada kondisi tertentu oleh dokter cpz dapat dikonsumsi dalam jangka lama dan pada dosis yang aman

    BalasHapus
  32. Wanita hamil sebaiknya menghindari penggunaan chlorpromazine, kecuali atas anjuran dokter. Obat ini dapat memperpanjang proses bersalin dan berpotensi memicu gejala putus obat pada bayi yang baru lahir. Ibu menyusui dilarang menggunakan chlorpromazine.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer